"KITA GENAP 32"
“KITA
GENAP 32”
Bahagia tidak hanya milik orang-orang yang berada
di kelas terbaik, orang-orang yang selalu mendapat perhatian guru ataupun ataupun
orang-orang yang dibanggakan guru karena prestasi. Kebahagiaan justru milik
kita (lastpanama) orang-orang yang sadar bahwa kita bagian dari kelas, kita
satu, kita bersama dan “KITA GENAP 32”.
Kami bukan kelas yang bisa dibanggakan, kami juga bukan kelas terbaik, tapi
kami kelas yang memahami arti kebersamaan. @thislastpanama
Disinilah cerita perjalanan kami dimulai. Berawal saat
pengumuman acakan kelas di depan lobi, yang menyatukan sekelompok anak
berjumlah 32 dari ras, suku bangsa, bahasa yang berbeda. Tak ada yang spesial
dari kelas kami, anak-anak perempuan yang mayoritas pendiam (awal-awal), dan
anak-anak laki-laki yang mayoritas rutin berbicara (akhir-akhir). Sudah Saya
katakan tidak ada yang spesial dari kelas ini saat pertama kali kami bersama.
Semua berjalan biasa saja, hambar. Anak-anak yang tidak kompak, sukanya main
game, main gadget, cerewet. Ya, yang jelek-jelek banyak di kelas kami.
Tetapi seiring berjalannya waktu, kami saling mengenal satu sama lain.
Yeah, dan akhirnya kami mulai bersatu saat kami memasuki akhir
semester dua. Kami mulai memahami satu sama lain. Bahkan kami berhasil
memecahkan masalah bersama. Anak-anak cowok yang tadinya cuek sekali dan seakan
tidak peduli tiba-tiba berubah 180O di semester ini. Layaknya
seorang power rangers yang bisa berubah-ubah
--v. Mereka rela pulang malam hanya demi properti pergelaran. Salut untuk
anak-anak cowok XI IPA 6. Aksan, Umam, Rama, Barkah, Juang, Gilang, Aziz, Alfin,
Zuhri, Erwin, Arief, Cahya.
Sampai suatu ketika, suatu hal terjadi setelah
pergelaran selesai. Kami bertengkar, saling menjatuhkan, memojokkan,
menyalahkan. (lay temen ya). Masalah dibuka oleh ketua pergelaran, Arief yang
mulai mengevaluasi pergelaran tanggal 27 Mei 2014. Dia menyuruh semua anak
untuk menyampaikan unek-unek dengan hasil pergelaran waktu itu. Satu persatu
masalah diungkapkan, Cintya, Arima, Riri, Tika, Gilang, Faizal yang tiba-tiba
maju dan menyampaikan kekecewaannya pada kelas, sampai hal yang tidak
diinginkan terjadi....
Aksan maju ke depan kelas. Layaknya seorang penyanyi asking alexandria yang mengevaluasi kelas dengan suara yang over-overtune. Dia menyampaikan kekesalannya karena tidak ada yang membantu membawa properti saat pergelaran selesai, tidak ada yang respect malah selfie. Suaranya menggelegar ke penjuru kelas. Satu persatu dari kami anak perempuan mulai menitikan air mata. Ya, rasa bersalah ditambah suara yang overtune membuat jantung serasa berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang. Aksan mengeluarkan kata kata mainstream, membanting dan merusak properti. Air mata semakin menjadi ketika kami pihak perempuan selalu dipojokkan disalahkan, terutama saat Aksan menarik baju Arief seperti ngajak duel. Tangis tak terbendung, hampir semua perempuan menangis Arima, Tiwi, Cintya, Tyas, Riri, Ika, Opi, Novy, Ajeng, Tika, Anna, Yuni, Riska, Ulfah, Laeli, Arum, Dian, Isput, Silfana, tetapi tidak dengan Syifa. Dan.. Deg!
“Percuma ada cinta kalau tuk
bertengkar terus, percuma ada rindu kalau tak saling menyatu.” Gilang menyanyi, Faizal membawa roti ditemani Aksan. Isak tangis semakin menjadi ketika tahu
bahwa ini semua acting. Terlebih Anna yang koneksi lambat dan baru menyadari
bahwa ini acting beberapa saat kemudian. That’s right, this is a moment to
remember. Ternyata ide gila ini buatan anak-anak cowok yang terinspirasi sama
kelas ANTILA X.6.
“Terkadang, orang yang dari luar mengatakan dirinya
tidak peduli, bisa jadi mereka sangat peduli dan itu cara mereka peduli.”
Sebenarnya salah kalau Saya mengatakan kami bukan
kelas yang dibanggakan. Salah! Buktinya kami punya Aksan sang astroboy. Arum
sang astrogirl. Mereka bersatu dan akan bertarung di provinsi. Arima sang kimia
sejati dan Ibu dari segala tenses. Ajeng sang kimiawati. Ulfah Ibu bakteri dan
mikrobiologi, Alfin sang master fingerstring guitar, dan teman-teman lain
dengan kelebihan mereka masing-masing. Siapa bilang kami tak bahagia. Ini
buktinya:
Setelah pergelaran
Ini setelah evaluasi :
Terima kasih teman, telah menjadi bagian dari cerita perjalanan di SMA. Terima kasih telah mengajariku arti kebersamaan dan pengalaman berharga di masa SMA. :)
Salam Damai Indonesia
@cintyadiptap
Komentar
Posting Komentar